Menurut Romo Mangun Wijaya, misalnya, ada dua hal penting dalam arsitektur yaitu guna (fungsi) dan citra (keindahan). Artinya, arsitektur itu harus punya fungsi yang berguna buat penghuninya dan juga harus punya keindahan yang menjadi ciri khasnya.
Arsitektur nggak cuma jadi tempat tinggal atau tempat beraktifitas aja, tapi juga bisa menciptakan suasana, memberikan image, dan mempengaruhi pikiran, perasaan, dan tingkah laku penggunanya. Selain itu, arsitektur juga punya citra, keindahan, dan nilai seni yang bisa bikin penghuninya bangga dan menikmatinya sendiri.
Atau menurut Fetrufius, ada tiga prinsip arsitektur yang penting yaitu utilitas (fungsi), firmitas (kekokohan), dan venustas (keindahan). Jadi, arsitektur tuh harus bermanfaat, kokoh, dan cantik.
Jadi, intinya arsitektur tuh bukan cuma soal bangunan, tapi juga tentang kegunaan, kekuatan, dan keindahan yang bisa mempengaruhi penghuninya. Keren, kan?
Arsitektur dalam hal ini adalah suatu karya cipta manusia dengan segala pengetahuannya dan sifat kemanusiaannya serta sifat seninya dalam bentuk susunan elemen-elemen yang mempunyai bentuk, fungsi, dan keindahan. Ia adalah hasil seni bangunan yang memiliki aturan-aturan dan kaidah-kaidah yang kemudian disebut kaidah arsitektural. Sesuai dengan yang disebutkan oleh Romo Mangun Wijaya, misalnya, guna dan citra, berarti arsitektur mempunyai kegunaan atau fungsi dan citra atau keindahan atau ciri khusus yang menjadi warna dan jiwa dari wujud itu.
Arsitektur mempunyai fungsi yang tidak hanya menaungi dan mewadahi manusia dengan segala aktifitasnya dan segala perabot yang dibutuhkan dalam aktifitas itu, melainkan juga memberikan suasana, image, dan mengarahkan pikiran dan perasaan serta prilaku dari para penggunaannya. Arsitektur juga mempunyai citra, keindahan, dan nilai seni yang dapat dibanggakan dan ditunjukkan serta dinikmati sendiri oleh penghuninya. Atau yang disebutkan oleh Fetrufius: utilitas (fungsi), firmitas (kekokohan), dan venustas (keindahan).
Bahwa arsitektur adalah wujud karya manusia yang ditujukan untuk memenuhi suatu fungsi tertentu, yang dalam hal ini adalah mewadahi manusia dan aktifitasnya dengan segala tuntutannya, memiliki kekokohan yang memberikan rasa aman, nyaman dan memberikan bentukan tegar dan menaungi, serta memiliki keindahan atau estetika yang menjadi tuntutan manusia untuk menunjukkan kelebihannya. Kita juga dapat menyebut arsitektur adalah bangunan yang mempunyai nilai lebih. Nilai lebih ini adalah jiwa, keindahan atau seni, dan mempunyai kreatifitas serta keaslian sehingga arsitektur dapat diapresiasikan. Dalam arsitektur, yang juga sering disebut lingkungan binaan, ternyata tidak hanya menyangkut masalah bangunan, namun juga termasuk apa yang ada dalam bangunan itu (interior) dan yang berada diluar atau di sekeliling bangunan itu (eksterior). Hal inilah yang membuat ilmu arsitektur lebih luas dari pada ilmu bangunan, karena ternyata selain adanya seni didalamnya, juga menyangkut segala bentuk pemenuhan wadah aktifitas atau kegiatan manusia dalam hidupnya di muka bumi ini. Jadi arsitektur dapat berskala ruang dalam bangunan dan segala perabotnya, bangunan itu sendiri dengan estetikanya, juga sekitar bangunan, dan sekeliling bangunan itu, lingkungan bangunan itu berada, permukiman, kota, atau bahkan negara dan seluruh dunia kalau mungkin. Dan yang penting dari arsitektur adalah bahwa ia mempunyai kaidah-kaidah atau aturan-aturan sesuai dengan para ilmuwan arsitek, atau tokoh-tokoh arsitek dari pengalaman dan pengamatannya tentang arsitektur. Misalnya tentang fungsi yang dimiliki oleh arsitektur seperti yang dijelaskan Godfrey Broadbent: aesthetic form, container (wadah), environment filter (melindungi dari luar), modifier behaviaor (mengarahkan prilaku), capital investment (investasi), dan cultural symbol (simbol kultur/agama/kebudayaan). Jadi memang arsitektur harus memiliki fungsi-fungsi itu walau terkadang salah satunya lebih dominan dibandingkan dengan yang lain. Kita juga dapat mengatakan bahwa arsitektur adalah bangunan yang memakai baju. Bajunya adalah estetika.
Jadi suatu bentuk dapat dikatakan arsitektur bila ia mengandung unsur kekuatan, fungsional, dan original/kreatifitas/estetika, sehingga mengandung apresiasi. Kalau dipandang dari sudut sejarah, adanya arsitektur dapat kita perkirakan sejak manusia mengenal seni dan keindahan, yaitu sejak manusia menetap dan mengenal peradaban, atau sejak adanya gedung dan bangunan. Kalau dilihat dari katanya, arsitektur, yang berasal dari bahasa Yunani, berarti arsitektur ada sejak zaman Yunani. Seperti juga bangunan, arsitektur juga terus berkembang sesuai dengan perkembangan kebudayaan manusia. Kalau kita memandang definisi yang dijelaskan Ensiklopedia Indonesia di atas bahwa arsitektur adalah seni dan ilmu, maka orang yang ahli arsitektur atau kita sebut arsitek, adalah ilmuwan dan sekaligus seniman. Sebagaimana dengan ilmu-ilmu yang lain, ilmu arsitektur juga terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagaimana seni-seni yang lain, seni arsitektur juga mempunyai gaya-gaya atau langgam-langgam. Sejak dikenalnya arsitektur banyak langgam yang telah berkembang dan mewarnai perjalanan sejarah arsitektur. Langgam-langgam itu muncul dan berganti sejalan dengan pemikiran-pemikiran tokoh arsitektur di masa itu, sejalan dengan sifat manusia yang selalu menginginkan perubahan dan suasana baru. Demikian juga dengan arsitektur dipandang sebagai benda, ia mengikuti perkembangan ilmu dan seninya. Sehingga kita sering melihat adanya arsitektur yang menurut kita aneh dan tidak normal, namun bagi orang lain itu adalah arsitektur yang sangat bagus dan bermutu.
Ya, inilah arsitektur, membolehkan adanya subyektifitas dan tidak ada arsitektur yang salah, melainkan arsitektur yang bagus dan kurang bagus, untuk menilai suatu arsitektur. Menilai arsitektur sangat tergantung dari siapa yang menilai, dan kemudian yang sering jadi patokan arsitek zaman sekarang adalah pemakai atau pemilik karya arsitektur itu. Apa yang dihasilkannya merupakan hasil dari ilmu dan seni yang dimilikinya dengan keinginan dan selera dari pemilik arsitektur itu. Jadi apabila di atas disebutkan ada 6 unsur yang mempengaruhi perwujudan arsitektur, yaitu geografi, geologi, iklim, sosial atau kemasyarakatan, agama dan falsafah kepercayaan, latar belakang sejarah dan ketatanegaraannya, kini ditambah lagi yakni selera atau keinginan dari pemilik arsitektur itu, karena ada kebutuhan manusia yang mungkin tidak akan pernah berakhir selama hidupnya yakni kepuasan. Seperti diterangkan oleh A. Maslow, tingkat kebutuhan manusia seperti piramida yang tidak berujung. Kebutuhan-kebutuhan itu adalah physiological needs (kebutuhan fisik), safety needs (kebutuhan keamanan), social needs (kebutuhan sosial), esteem needs (kebutuhan kepuasan), dan self actualization needs (kebutuhan untuk mengaktualisasikan dirinya). Seperti juga dalam semua bidang kehidupan manusia, arsitektur sebagai wadah aktifitas manusia juga mengikuti adanya tingkat kebutuhan itu.
Semula arsitektur adalah tempat berlindung dari panas dan hujan, serta untuk menyimpan bahan makanan. Berlanjut dengan kebutuhan akan rasa aman, sehingga arsitektur dibuat untuk melindungi penghuninya dari segala gangguan baik dari alam maupun dari binatang atau orang lain. Kemudian arsitektur juga dibuat sebagai tempat untuk keluarga, sebagai tempat kerja, sebagai tempat pertemuan dan semuanya membutuhkan suatu bentukan yang lain sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam setiap kegiatan yang ada didalamnya, dengan demikian arsitektur juga semakin berkembang dan bentukannya pun semakin komplek misalnya bangunan tinggi, ruang dengan bentang lebar, dan bentukan-bentukan yang lain yang membutuhkan teknologi tinggi untuk membuatnya.
Dan yang membuat bentukan arsitektur tidak terbatas adalah kebutuhan kepuasan, dimana kepuasan tidak terbatas, arsitektur jug tidak akan berhenti dikembangkan dan muncul bentukan-bentukan dan gaya-gaya yang baru. Pada kebutuhan manusia untuk menunjukkan esensi dirinya, dengan arsitektur ia paling tidak ingin tampil beda, ia ingin dilihat orang lain memiliki sesuatu yang lebih, maka dalam berarsitektur ia juga ingin membuat sesuatu yang lain dari pada yang lain. Dan itu semua memang yang membuat kehidupan selalu berkembang. Karena dengan adanya kebutuhan yang tak terbatas, manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan itu dan dengan demikian manusia akan selalu mengembangkan diri dan pengetahuannya agar dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya itu semaksimal mungkin.